Senin, 05 September 2011

Semoga sampai pada rumah

selepas siang terik, aku bersandar di karang berlamun ombak. bicara pada awan. tentang mimpi-mimpi kawan. segudang harap berikut tujuan.


hei awan, aku ingin sejenak bertamu, atau mungkin bisa kau sebut berguru


ya, kenapa remaja tanggung?


soal mimpi. mmm begini...


ada yang ingin menjadi petani, melihat bapaknya hidup damai ketika menjadi buruh tani. ada juga yang ingin jadi pelawak, menghibur orang indonesia yang sedih terus.lalu ada yang ingin jadi presiden.,agar kelihatan keren katanya.


terdengar aneh alasannya? ya karena tak kujabarkan kawan-kawan lain yang bermimpi wajar. ya..banyaklah yang ingin pilot, dokter, akuntan ataupun pejabat dengan alasan yang wajar juga.


*awan hanya diam, aku lanjut berkata-kata.


tentu aku berhak juga bermimpi, ya..barang satu lah.


"aku ingin sampai pada rumah. kau tau rumah? tempat aku membaca koran dengan nyaman, tertawa dengan lepas, merasa aman serta merasa cukup."


menurutmu, aku bodoh dengan mimpi-mimpi ku? jawab saja? aku takkan marah. sebab aku dulu pernah punya ingin seperti mereka. harapan yang indah. tapi aku lelah, kalah diputar putar arah.
dulu aku suka berganti mimpi. besok dan lusa kadang tak sama. pada akhirnya menyerah dan bermimpi lagi. ternyata yang kucari selama ini hanya rumah.


jawablah..jangan diam saja hei awan..


oh ya, aku mengerti wahai remaja tanggung.


mm, kau mau bermain dekat ku, dan berumah di awan saja? he
ah, kau belum tentu anggap itu rumah juga nanti ya..


tentu boleh lah kau punya mimpi. siapa larang, mimpi mu aneh? ah..siapa tau. mungkin saja sebenarnya rumah yang kau maksud itu sama dengan mimpi teman-teman mu..yang dokter, akuntan, petani atau presiden itu.


ya sudah, carilah mimpimu. mumpung sekarang terang. langit akan bukakan jalan. esok tidak ada yang tau,   namanya juga musim, silih berganti.


dan..aku bangga padamu, kau punya tujuan!


*aku masih terpaku, sedang awan pergi berlalu