Selasa, 22 Februari 2011

mengulang lagi masa kejayaan (sorake)

Kala fajar menyapa Sorake
Hingar bingar masa lalu
Cakrawala  membentang di ujung lautan. Lama sudah sang halimun enggan berkunjung. Mega tampak gagah di atas sana. Riak air asik meracau  ditapis angin. Gelombang gelombang kecil mencuat di tapal batas pantai. Saat membesar dan membentuk ombak, papan papan selancar berusaha mencumbunya.

Tanpa ombak dan surfingpun pesisir ini tetap menawan. Diorama suam yang ditawarkan ketika fajar membentang dengan lautan tenang di hamparan mata. belum lagi aktivitas nelayan yang sibuk mengadu nyali ikan di tengah laut. Jika surut, kita bisa ikut nelayan ketengah dengan berjalan kaki. Saat senja menjemput, bayang bayang surya turun dari balik bukit dapat tertangkap mata

Ya, inilah sorake. Sebuah pantai yang tidak asing lagi bagi para pecinta surfing. Bukan hanya di Indonesia tapi juga di mancanegara. Bagaimana tidak, pantai ini menyandang predikat sebagai salah satu spot surfing terbaik di dunia. Ombak bisa mencapai ketinggian 4,5 meter. Pariwisata Sorake sepertinya sangat mengandalkan olahraga selancar.

Sorake terletak di pulau nias kabupaten teluk dalam. Untuk mencapai pantai ini, ada beberapa opsi transportasi. Kita bisa naik wing air dari medan atau padang dengan kisaran harga Rp 250.000 sampai Rp 500.000. jika ingin naik kapal, bisa melalui pelabuhan sibolga dengan harga Rp 70.000. pelabuhan sibolga dapat di akses melalui Medan atau Padang (11jam)  dengan travel seharga Rp  120.000. Semua transportasi itu akan mengantarkan kita ke teluk dalam. dari  pasar teluk dalam(dekat pelabuhan) kita dapat  menaiki angkutan  rakyat berbentuk carry dengan tujuan pantai sorake seharga Rp 5000.


Pemandangan menuju sorake, rockstar
Akan mudah sekali ditemukan para turis berlalu lalang di sekitar pantai. Penginapan dan hotel tumbuh bak  jamur di musim penghujan. Café, restoran dan rumah makan pun tidak ketinggalan.  Bisnis papan selancar, cendramata serta hasil laut tumbuh pesat. Perekonomian warga akhirnya juga terangkat. Masyarakat yang umumnya berpencarian sebagai nelayan mulai beralih profesi  dengan berusaha dibidang pariwisata. Masyarakat di pedalamanpun ikut bermigrasi ke pinggir pantai.
 
masa suram sebuah ikon pariwisata
Tapi itu dulu. Semenjak tahun 2005 semuanya tinggal hegemoni. kejayaan diawal tahun 2000-an hanya tersisa sedikit. Sorake tidak disegani lagi. Pantai yang ditenggarai akan menyaingi kepopuleran bali ini telah banyak berubah.

Penyebabnya tidak lain karena ketidaksiapan warga dan pemerintahnya dalam menyambut arus wisatawan luar. Seperti kita ketahui, dalam industry hospitality utamanya pariwisata, pelayanan menjadi prioritas. keramahtamahan, fasilitas dan keamanan harus menjadi perhatian utama bagi pelaku didalamnya. Tidak perlu sebuah jurnal ilmiah untuk membuktikan ini. 3 hal inilah yang kita perlukan saat berlibur. Benar tidak? 


Warganya memang ramah. Tapi mereka masih belum siap menerima kedatangan “orang jauh”. Ini karena karekteristik orang nias yang tidak mudah akrab dengan orang lain. Tapi jika telah akrab, orang nias adalah teman yang sangat loyal. Lalu, jika berbicara fasilitas, di sekitar pantai memang telah tersedia berbagai fasilitas yang mumpuni. Tapi yang jadi masalah adalah akses darat (laut dan udara sudah bagus)  ke pantai yang masih susah. Sarana angkutan darat hanya sedikit jumlahnya sedangkan keamanan masih belum terjamin. Tingginya kriminalitas di nias, meski bukan di pantai, ikut memberikan pengaruh buruk bagi kenyamanan turis.
Gempa yang terjadi tahun 2005 juga menjadi penyebab lainnya. Selain jatuhnya banyak korban yang membuat seluruh dunia ikut berkabung, banyak fasilitas pariwisata juga ikut rusak.  Tapi yang paling berdampak adalah bergesernya struktur tanah dan garis pantai. Akibatnya, kita hanya bisa melihat surfer dunia beratraksi di atas ombak pada bulan tertentu saja. Ini karena ombak terbaik hanya  bisa didapat pada bulan juni sampai September. Angka kunjungan wisatawan berkurang drastis setel;ah gempa. Banyak cafe yang tutup dan bangkrut. Penginapan hanya tinggal dihitung jari. Pendapatan warga menjadi turun secara signifikan.
  

Merias Wajah Sorake
Sekarang,sudah  6 tahun berlalu.Sorake tengah berjuang untuk menata kembali pariwisatanya. Perbaikan disana sini telah dilakukan. Warga semakin sadar akan peran pentingnya dalam membangun kembali pariwisata daerah ini. Sekarang orang nias sudah terbuka terhadap pendatang. Angka kriminalitas semakin kecil. Fasilitas terus digalakkan pemerintah. Akses ke sorake semakin mudah.


hasilnyapun dapat dilihat. Meski pengunjung belum sebanyak dulu, pariwisata daerah ini kembali terangkat. pada bulan tertentu wisatawan lumayan banyak. ada harapan untuk  melihat wajah  sorake  yang seperti dulu bahkan melebihi masa jayanya itu.

Semua informasi ini dihimpun dari laporan pandangan mata dan obrolan ringan dengan bang tobi, salah satu pemilik penginapan dan resto di sorake. Saya kenal bang tobi disana,dan orangnya ramah. Meski saya menginap di losmen sebelah(bukan di penginapannya), dia tidak sungkan mengajak saya ngobrol, jalan jalan dan menikmati berbagai fasilitas yang dipunyainya seperti bilyar dan motor secara gratis. Kalau ingin berkunjung ke sorake, silahkan hubungi bang tobi di 081263579612. Dia akan sangat membantu. Trimakasih bang atas jamuannya.

1 komentar:

  1. jangankan membayangkan pantainya bro..
    tulisan anda juga sangat indah, tulisan yang memadukan keindahan alam dalam kalimat dan mengarungi keindahan bumi pulau nias.

    Sekarang (komentar ini ditulis) 2014. Dan sudah cukup banyak orang yang membicarakan pantai sorake dan pulau niasnya yang memiliki peninggalan bersejarah.

    BalasHapus