aku, si putri imajinasi
riang bermain petak umpet dengan sang awan
takkan bertemu lah
sedang aku sembunyi dalam angkot biru jurusan ciawi
mobil siput baranangsiang-ciawi melaju pelan
jalan semut ini padat merayap
ku lihat alam tak lagi barokah
disini mendung mulai menggantung
apa sang awan mulai marah?
ini hanya khayal ku
pada hati yang gelisah, aku melukis langit-langit
menggambar wajah sang awan dengan raut kesal
agar tak lelah aku menanti
seiris aku tersenyum, mencoba membalas tawa renyah kawan kawan
sedang hati di pojok rindu, menanti malam segera datang
menggambar wajah sang awan dengan raut kesal
agar tak lelah aku menanti
seiris aku tersenyum, mencoba membalas tawa renyah kawan kawan
sedang hati di pojok rindu, menanti malam segera datang
oh pujaan hati, tak taukah aku menyepi?
dalam riuh suara 5 makluk yang mungkin tak mengerti
akan percikan-percikan listrik rindu yang mulai menyengat ini
tersentak, ku lihat gerimis mulai menyentuh aspal jalanan
di atas mendung itu menggantung
kenapa ini serupa lukisanku?
apa alam tau isi hati ku
hingga di ukirnya di langit-langit
mendung menggantung di baranangsiang
-----------------------------------------------------
untuk penghuni angkot baranangsiang-ciawi.
khususnya untuk hati yang menantiabang di cimori
dalam riuh suara 5 makluk yang mungkin tak mengerti
akan percikan-percikan listrik rindu yang mulai menyengat ini
tersentak, ku lihat gerimis mulai menyentuh aspal jalanan
di atas mendung itu menggantung
kenapa ini serupa lukisanku?
apa alam tau isi hati ku
hingga di ukirnya di langit-langit
mendung menggantung di baranangsiang
-----------------------------------------------------
untuk penghuni angkot baranangsiang-ciawi.
khususnya untuk hati yang menanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar