Selasa, 11 Januari 2011

air garam pemisah kita

kalam lama terkembang, menutur begitu lentur kata perkata teratur
menyingkap jalinan syahdu,
antara embun dan dedaunan, yang bercumbu dengan pagi
antara pak tani dengan kerbaunya, berkubang peluh dan luluk pun tak d acuhnya
antara bulan dan rasi, kala gelap menyapa meminta sinarnya
antara kau dan aku, gila lagi mendera

canda, bujuk, raju dan rajuk jadi hari-hari
benang harapanpun membumbung tinggi-tinggi,
setinggi buah kelapa yang tak mampu dipanjat beruk pemalas
setinggi hadiah-hadiah yang di panjat pinang
setinggi bintang-bintang yang dicita-citakan semua orang
setinggi, setinggi tingginya


tapi, tidaklah mungkin ada
sayang, seribu sayang pun sekarang tiada cukup
walau timbangan tera penuhlah sudah kata manja
walau seribu tempat jadi saksi
walau semua umat kau paksa memaksa ku
walau dunia kan kacau mengalau, walau


takkan ada lagi dulu
bukan sebab menjauh dari sauh mu
sungguh, kapal mu lah harapku
jadi labuhan di sela-sela aliran darahku,


tapi apalah daya
air garam pemisah kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar